AS punya 750 pangkalan militer di 80 negara. AS sampai kini mendominasi bisnis jasa global, dari sector jasa keuangan dan teknologi. Tidak ada yang tidak tahu google, Apple, Microsoft. Tiga perusahaan itu saja Marcap nya mengalahkan PDB semua negara ASEAN plus Jepang dan Korea. Tidak ada satupun kapal cargo di dunia ini yang berani berlayar tanpa asuransi dan itu 100% insurance providernya adalah AS. Tanpa kapal tidak ada perdagangan global. USD tetap sebagai mata uang dunia. Tanpa itu perdagangan dunia lumpuh.
Memang sebagai negara kapitalis, AS punya masalah dengan rasio GINI. Ada 20% penduduk dikatagorikan miskin. Namun menurut penelitian dari Just Fact tahun 2019, yang tergolong miskin di AS memiliki tingkat konsumsi material yang lebih tinggi daripada semua warga negara di sebagian besar negara-negara kaya. Konsumsi mereka diatas 5% dari pendapatan mereka. Artinya walau miskin tetap saja kaya bagi ukuran negara lain, apalagi bagi negara berkembang.
Kalau Trumps sampai mengumumkan darurat ekonomi nasional, itu hanya ungkapan kerakusan AS yang tidak ingin ada sedikitpun dominasi negara lain selain AS di planet bumi ini. Padahal kemakmuran negara lain seperti China, Jepang, Korea, Eropa dan lainnya, tak lain karena kebijakan masa lalu AS yang sekian decade menciptakan tarif impor rendah dan bertransformasi menjadi negara yang berbasis high tech. Karena itu mesin ekonomi global menjadi efisien lewat integritas supply chain global.
Artinya agenda Trumps dengan menaikan tarif resiprokal untuk membangun kembali industry padat karya dalam negeri akibat relokasi ke negara lain, itu tidak masuk akal. Mengapa ? Harus ada social engineering menurunkan upah. Kan engga mungkin!. Struktur social negara kaya tidak memungkinkan tersedia cukup buruh untuk industri padat karya. Dan lagi akibat sekian decade ekonomi AS sudah bertransformasi menjadi negara industry high-tech, tidak tersedia supply chain untuk industry low tech. Contoh, diperlukan 70 bahan untuk pembuat sepatu, belum lagi TPT dan lainnya.
Walau AS paksakan membangun industry padat karya, jelas tidak akan efisien. Mau diproteksi dengan tarif 100%, tetap saja industry dalam negeri AS tidak akan bisa bersaing dengan produk import. Dan konsumen AS tetap akan memilih barang murah walau itu produksi negara lain. Investor AS pasti ogah biayai industry low tech yang low margin.Maklum idiologi bangsa ini bukan nasionalisme tetapi kapitalisme. Buy low sell high and pay later.
Jadi apa sebenarnya agenda besar dibalik darurat ekonomi nasional AS ini? Ya kita harus lihat latar belakang Trump sebagai business man , yang pasti akrab dengan pasar modal dan uang. Dia sengaja membangun issue besar berskala global sehingga membuat shock pasar uang dan pasar modal. Nah sebenarnya dia sedang melakukan pemotongan kurva ekonomi global agar terjadi rebalancing yang berpusat kepada hegemoni AS. Kenaikan tarif resiprokal itu cara AS menghukum negara lain yang tidak patuh.